Saturday, February 27, 2016

Renungan 2016: Hari Minggu Pra Paskah III


Renungan di bawah ini merupakan terjemahan dari http://www.lentreflections.com/



Lazarus, marilah keluar!

Dalam Injil, Yesus membangkitkan tiga orang dari kematian: anak perempuan Yairus, anak laki-laki dari janda di Nain dan Lazarus. Dalam bahasa simbolik Injil, kebangkitan fisik ini mengingatkan pada perubahan dari dosa ke rohani yang sehat.

Santo Agustinus mengatakan bahwa anak perempuan, yang meninggal di dalam rumahnya, merupakan simbol dari dosa, yang belum kita lakukan tetapi ada dalam pikiran dan hati kita. Anak laki-laki dari janda di Nain, yang dibawa ke pintu rumah, merupakan simbol dari dosa yang sudah dilakukan.  Orang yang dibangkitkan dan diserahkan kepada ibunya ini merupakan simbol dari Gereja.
Yang ketiga dan yang paling dramatis adalah kasus Lazarus.  Dia merupakan simbol dari moral/rohani yang paling buruk: dosa yang telah ada di dunia dan menyatu dalam kebiasaan jahat. Hal ini merupakan kebobrokan yang mendalam, menyebabkan kebusukan rohani.

Dalam Injil Yohanes, kebangkitan Lazarus terjadi sebelum kisah sengsara, sebelum klimaks ketika Yesus mengalahkan kematian dengan kematian. Ketika diberitahu bahwa Lazarus telah meninggal, Yesus mengatakan, “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya” (Yoh 11:11).  Dengan kata-kata ini, Dia menyatakan bahwa kita berada di dunia yang baru.  Di dalam dunia yang lama, kesadaran yang lama, kematian adalah sebuah akhir, dan penghabisannya memberi kuasa,  tetapi dengan menyatakannya sebagai “tidur,” Yesus memberi tanda bahwa melalui kuasa dan kehendak Allah, kematian bukanlah sebuah akhir, bukan merupakan kata terakhir

Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur“(Yoh 11:17). Ini merupakan tanda bahwa tidak ada kesalahan, orang ini benar-benar telah meninggal.  Tetapi hal ini bukan merupakan masalah bagi orang yang melampaui ruang dan waktu, yang memiliki kuasa antara hidup dan mati.

Martha keluar untuk menemui Yesus dan menyatakan kepercayaanya akan identitas dan kuasa Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.  Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.  Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkitAkulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:21-23). Allah membenci kematian dan tidak ingin kematian menghancurkan hidup manusia.

Yesus merasa sangat sedih dan mulai menangis ketika berada di kubur Lazarus.  Hal ini merupakan tanda bahwa Allah memasuki kegelapan dan kebingungan serta penderitaan akan kematian pendosa. Dia tidak berada di luar situasi kita, tetapi merasakannya.

Tetapi kemudian dia mendekati musuhnya seperti seorang pemenang.  Katanya, “Angkatlah batu itu.”  Mereka yang terbelenggu dalam dunianya mengatakan, Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati. 
Yesus tidak takut.  Dia berseru dengan suara keras, “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi. Ini tidak sekedar suara orang yang berharap, tidak sekedar suara seorang rohaniwan besar; ini adalah suara Allah yang membenci kematian dan berkuasa atasnya.  Dan karenanya “Orang yang telah mati itu datang ke luar.

Kata Yesus kepada mereka, “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.  Sama seperti dia telah membebaskan Lazarus, maka Yesus akan membebaskan kita dari kematian.